Ads 468x60px

Labels

Friday, July 20, 2012

Status Facebook Anak Kita



SEKALI waktu, tengoklah status Facebook anakmu. Jelajahilah alam pikirannya. Pahamilah apa yang sedang terjadi padanya. Dan bersiap-siaplah untuk terkejut disebabkan apa yang berharga bagi hidupnya, membanggakan dirinya, menyenangkan hatinya dan menjadi keinginannya justru perkara yang kita membencinya. Mereka sangat berhasrat justru terhadap apa-apa yang kita ajarkan kepada mereka untuk menjauhi. Astaghfirullahal ‘adzim.

Sekali saat, periksalah status Facebook anak-anakmu. Ketahuilah apa yang sedang berkecamuk dalam dirinya. Rasakan apa yang menjadi keinginan kuatnya. Rasakan pula yang membuatnya terkagum-kagum. Dan bersiap-siaplah untuk terperangah jika anak-anak itu lebih fasih mengucapkan kalimat-kalimat yang tak berharga, ucapan yang tak bernilai, pembicaraan yang mendekatkan kepada maksiat, dan bahkan ada yang mendekati kekufuran. Mereka berbicara kepada kita dengan bahasa yang kita inginkan, tetapi mereka membuka dirinya kepada manusia di seluruh dunia dengan perkataan-perkataan ingkar. Mereka menyiarkan keburukan dirinya sendiri, tetapi mereka tidak menyadarinya. Astaghfirullahal ‘adzim.

Wednesday, July 18, 2012

Ramadhan Bahagia Buat Muslimah



Saudaraku Muslimah. Alhamdulillah, tahun ini, kita dan Ramadhan kembali berjumpa. Perjumpaan yang membuncahkan rasa bahagia. Bahagia dengan keberkahan yang terpendam dalam Ramadhan. Bahagia dengan bermacam pahala dan ampunan Allah Ta’ala yang akan diberikan kepada hamba-Nya yang mampu menjadikan puasa Ramadhan sebagai pembersih dosa, energi pembangkit pahala, dan perisai dari jilatan api neraka. Rasulullah  bersabda :

“Puasa merupakan perisai yang digunakan seorang hamba untuk membentengi diri dari neraka.” (HR. Ahmad)

Bahagia dengan Puasa

Dr. Ahmad Farid di dalam bukunya, Thariqus Sa’adah, mencantumkan sebuah pembahasan yang diberi judul La Thariqa lis Sa’adah illa fil Iman wal ‘Ibadah, tiada jalan untuk menggapai bahagia kecuali dengan beriman kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Kebahagiaan itu terletak di dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala. Untuk itu, menurut Dr. Ahmad Farid, salah satu faktor penumbuh kebahagiaan adalah shiyam (puasa). Bahagia sejati itu adalah bahagia hati. Dan, hati tak akan teraliri kebahagiaan kecuali dengan kedekatan kepada Dzat Penguasa Kegaiban dan Pengampun Dosa. Bahagia seperti inilah yang akan mengantarkan kita menuju selamat dunia-akhirat, bahagia dunia-akhirat. Kebahagiaan ganda yang menjadi idaman semua manusia.

Saturday, June 16, 2012

Bulan-Bulan Hijriah


Hari ini, Sabtu 16 Juni 2012, PD Salimah Kabupaten Sekadau kembali mengadakan Pengajian Rutin Bulanan. Siang ini, yang menjadi pemateri adalah salah satu anggota Dewan Penasehat Salimah Sekadau, yaitu Kak Nurhastuti.

Hari ini beliau memberikan materi dengan tema: Bulan-Bulan Hijriah yang ringkasannya adalah sebagai berikut:

Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).


Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting di tahun tersebut. Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan "Tahun Gajah", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia)

Penetapan tahun hijriyah dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Tepatnya pada hari kamis 8 Rabi'ul Awal tahun 17 Hijriyah ditahun keempat Umar berkuasa.

Jumlah bulan sebanyak 12 ini sesuai dengan firman Allah swt, 
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada dua belas, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi." (QS. At Taubah: 36)

Orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun. Misalnya bulan Ramadhan, dinamai demikian karena pada bulan Ramadhan waktu itu udara sangat panas seperti membakar kulit rasanya.


Arti Nama-Nama Bulan Hijriyah

Berikut adalah arti nama-nama bulan dalam Islam:

MUHARRAM, artinya: yang diharamkan atau yang menjadi pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.

SHAFAR, artinya: kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.

RABI'ULAWAL, artinya: berasal dari kata rabi' (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninqgalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad saw lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.

RABIU'ULAKHIR, artinya: masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.

JUMADILAWAL nama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal, karena bulan ini merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.

JUMADILAKHIR, artinya: musim kemarau yang penghabisan.

RAJAB, artinya: mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.

SYA'BAN, artinya: berkelompok. Penamaan Sya'ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka'bah (Baitullah).

RAMADHAN, artinya: sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa peting seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaurn muslimin dapat rnenaklukan kaum musyrik dalarn perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.

SYAWWAL, artinya: kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang mernbahagiakan.

DZULQAIDAH, berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa'dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatmnya dengan duduk-duduk di rumah.

DZULHIJJAH artinya: yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji. Ditambahkan oleh Kak Nurhastuti, dalam bulan Dzulhijjah, terdapat 3 hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13. Disebut sebagai hari tasyrik, yang dalam Bahasa Arab artinya dendeng, karena orang-orang Arab, pada 3 hari tersebut cenderung membuat daging yang telah disembelih menjadi dendeng.

Wallahualam Bishowwab.



Sumber artikel: http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/arti-nama-nama-bulan-hijriyah.htm 

Wednesday, May 16, 2012

Pengajian Perdana Salimah

Alhamdulillahirabbil'alamiin.

Hari Sabtu, 12 Mei 2012 bertempat di kediaman salah satu pengurus PD Salimah Kabupaten Sekadau Bidang Pengembangan Wilayah, Suryani Usman, kami mengadakan Pengajian Perdana Salimah yang merupakan salah satu program Bidang Pendidikan dan Dakwah.



Pengajian ini akan dilaksanakan setiap bulan untuk para muslimah di lingkungan Kabupaten Sekadau. 

Sabtu kemarin, acara diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh Ukhtina Suryani, dilanjutkan dengan Selayang Pandang tentang Salimah kepada para peserta pengajian. Acara Taujih diisi oleh Ibu Ida Jumiati, S.Sos, M.Si yang mengangkat tema tentang Silaturahim. 

Semoga Pengajian Bulanan ini kedepannya akan menambah semangat dan keistiqomahan para pengurus dan muslimah di Kabupaten Sekadau. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.

Friday, May 11, 2012

Mewacakanakan Nikah pada Orangtua

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang menyatukan hati-hati kita. Semoga forum ahad pagi ini bisa lebih mengikat ukhuwah diantara kita. Sebagaimana sering dalam membuka sebuah majelis, saya menyampaikan beberapa harapan :

Di awal majelis ini mari kita berniat Agar iman kita meningkat Ilmu yang berguna di dapat Ukhuwah kita semakin erat Serta amal semakin semangat

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan sahabat, serta seluruh kaum muslimin yang istiqomah menjalankan risalah islam hingga hari akhir nanti.

Banyak keluhan, curhat atau pertanyaan yang masuk pada saya seputar hal tersebut. Dari mulai pihak orangtua yang ‘shock’ dengan teror dari anaknya yang meminta menikah dengan bertubi-tubi, hingga larangan para ortu pada anaknya untuk menikah karena masalah ekonomi dan yang semacamnya.

Sepertinya banyak alasan para orangtua belum mengijinkan anaknya untuk menikah, bahkan sampai pada tahapan ada yang ‘sakit’ jika anaknya kembali membicarakan tentang pernikahan. Namun diantara sekian alasan itu, barangkali ada beberapa hal yang sering muncul di benak para orang tua tentang pernikahan putra-putrinya.

1. Merasa Pernikahan itu tidak perlu cepat-cepat, bisa nanti-nanti saja, apalagi bagi yang anaknya laki-laki.

2. Merasa sang anak belum mampu dan mandiri secara ekonomi.

3. Merasa khawatir dengan pasangan anaknya nanti, apakah sholeh atau tidak , dan sebagainya. Bahkan mungkin sebagian sudah ada yang menyiapkan jodoh bagi anaknya.

Nah, ada beberapa hal yang perlu dijalankan seorang akh/ukhti sebelum berproses menuju pernikahan. Semuanya dijalankan dengan penuh kesungguhan dan lemah-lembut. Jangan memaksakan ‘niat mulia’ ini dengan cara yang tidak mulia. Beberapa hal tersebut antara lain :

Pertama : Menunjukkan Prestasi dan Kemampuan Diri

Hendaknya para akhi/ukhti bisa menunjukkan pada kedua orangtuanya bahwa mereka ini telah ‘layak’ menikah. Bukan lagi anak kecil yang ingin dimanja, bukan lagi ‘sekedar’ mahasiswa biasa yang menanti-nanti gelar sarjana. Yakinkan orangtua dengan parade prestasi, maka insya Allah akan membukakan hati para orang tua untuk menyatakan : oo.. ternyata anak saya mampu.

Karenanya, berprestasilah terlebih dahulu dan tunjukkan pada orang tua agar mereka bisa tenang saat merestui anaknya berproses menuju pernikahan.

Ingat ungkapan salah satu putri Syuaib yang diabadikan dalam Al-Quran :
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”. (Qoshos 26)

Nah, ketika para orangtua sudah cukup merasa tenang bahwa anaknya punya karakter “ Kuat dan Terpercaya” atau mempunya Performance dan Kredibilitas yang baik, maka insya Allah mereka akan menyetujui setiap usulan dari anaknya, termasuk usulan nikah. Jadi, buktikan dulu pada para orangtua bahwa Anda telah banyak mengukir berprestasi .

Kedua : Memberikan Penjelasan tentang Anjuran Menyegerakan Pernikahan

Terkadang orang-orang tua merasa tenang-tenang saja dengan isu pernikahan. Mereka belum sadar bahwa usia semakin menua dan saatnya untuk menimang cucu telah tiba. Karenanya berikan pemahaman bahwa urusan nikah adalah ibadah mulia yang juga mengikuti kaidah : “ Lebih Cepat Lebih Baik “, hal ini tentu senada dengan isyarat dalam sebuah hadits :
Dari Ali ra, Rasulullah SAW bersabda : “ Wahai Ali, tiga hal yang jangan engkau tunda-tunda (yaitu) : Sholat ketika telah datang waktunya, jenazah yang sudah siap (dimakamkan), dan bujangan yang sudah menemukan pasangannya (yg sekufu) “ (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Ketiga : Curhat pada Orangtua tentang Kegelisahan Hati dan banyaknya Godaan di luar sana

Barangkali para orangtua belum sadar sepenuhnya bagaimana kondisi dunia luar yang bisa mengotori hati putra-putrinya. Di sana ada pemandangan syahwati yang bertaburan di jalanan dan sekolahan. Di sana ada satu dua pandangan dan sapaan yang melenakan. Di sana ada ucapan-ucapan indah yang mengotori niat dan hati. Belum lagi dengan iringan lagu-lagu romantis yang senantiasa memprovokasi.

Seorang akhi/ukhti hendaklah dengan jujur menyampaikan kegelisahan ini. Dan dari sanalah kemudian muncul keinginan untuk segera membentengi diri. Mengakhiri segala bentuk romantisme semua yang tiada henti. Sampaikan pada orangtua bahwa anaknya ini ingin menikah untuk menjaga diri dan juga kehormatan keluarga.

Barangkali hadits di bahwa ini bisa jadi bekal untuk berdiskusi :
Dari Abu Hurairah ra , Rasulullah SAW bersabda : “ Ada tiga orang yang wajib bagi Allah menolongnya : orang yang berjihad di jalan Allah, budak ‘Mukatib’ yang ingin membayar pembebasannya, dan seorang yang ingin menikah untuk menjaga dirinya “ (HR Tirmidzi)

Keempat : Meyakinkan tentang rizki dan tekad kuat untuk mandiri

Sungguh kurang layak mengajukan pernikah pada orangtua jika kantong ini belum terisi dari keringat kita sendiri. Memang ada satu dua kasus dimana orangtua ‘sholih’ sangat inisiatif dalam membantu pernikahan anaknya secara finansial. Barangkali ia terinspirasi dengan Nabi Syu’aib yang begitu kooperatif membantu pernikahan putrinya dengan nabi Musa as. Tapi saya yakin tidak banyak orang tua yang semacam itu.

Nah, jadilah kita harus ‘berjanji-janji’ bak politisi untuk mewujudkan kemandirian ekonomi. Sampaikan langkah-langkah Anda ke depan dalam memenuhi kebutuhan dasar sebuah pernikahan. Jika ada satu dua keluarga yang tulus membantu, terima dengan tangan terbuka tapi tidak dalam arti melenakan kita untuk mencari dengan keringat kita sendiri.

Jangan lupa mengingatkan konsep ekonomi ‘Ketuhanan’ yaitu pernikahan adalah salah satu pintu-pintu rizki di muka bumi ini. Betapa banyak yang menjadi kaya dan bersemangat dalam berusaha saat di rumah telah ada bidadari yang memotivasi. Yakinkan para orang tua dengan ayat monumental tentang pernikahan dan rizki
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS An-Nuur 32)

Kelima : Menyampaikan bahwa Akhlak dan Agama adalah Prioritas Utama dalam mencari pasangan nantinya
Terakhir, meyakinkan bahwa ‘calon mantu’ nanti adalah sosok yang terpilih karena keshalihan dan agamanya. Bukan sekedar tampan dan cantik karena ini bukan audisi model dan artis, bukan pula sekedar kaya raya karena ini bukanlah membuat perusahaan komersial. Tapi yang dicari adalah dua kriteria utama : Akhlak dan Agamanya.

Perlu juga diingatkan pada para orangtua ini dua karakter ini sejak awal, jangan sampai mereka mengharapkan kriteria bermacam-macam yang barangkali justru tidak islami dan mempersulit anaknya dalam menemukan jodohnya. Cukuplah bagi para orangtua peringatan Rasulullah SAW dalam haditsnya

Dari Abu Hatim ra, Rasulullah SAW bersabda : 
“Jika telah datang (melamar) padamu seorang yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dg anakmu), jika engkau tidak melakukannya maka akan muncul fitnah di muka bumi ini dan kerusakan yang besar “ ( HR Tirmidzi dengan sanad yang baik)

Akhirnya, masih banyak tahapan yang harus akhi/ukhti jalankan sebelum memasuki sebuah proses pernikahan. Akan ada hambatan, bahkan mungkin tangisan, tapi yakinlah itu semua akan semakin mendewasakan dan mengokohkan hati untuk menghadapi lebih banyak lagi tantangan usai pernikahan.

Wallahu a’lam bisshowab.

Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk memahami apa yang kita kaji pagi ini, menjalankannya dengan sepenuh hati. Serta, -tentu saja- mendakwahkannya pada yang lain.

Oleh Hatta Syamsudin
Disalin dari situs PP Salimah

Thursday, May 10, 2012

Ta’aruf, Nikah Tanpa Cinta?


Pernikahan merupakan ibadah yang memiliki tempat mulia di sisi Allah swt. Tak sedikit dalam bingkai syariat membicarakan tentang pernikahan, apakah itu di dalam Al Quran ataupun hadist-hadist Rasulullah saw. Ketika pernikahan ini berhubungan dengan ibadah maka ibadah tersebut hanyalah akan bernilai di sisi Allah swt jika sesuai dengan bingkai syariat yaitu bingkai Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.

Rasulullah saw bersabda : 
“Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak”. 

Tentunya kita tidak ingin serangkaian ibadah ini menjadi tertolak dikarenakan kita melakukan hal-hal yang tidak disandarkan pada Al Quran dan sunnah Rasulullah saw bukan hanya saat prosesi pernikahan saja tapi juga bagaimana jalan menuju pernikahan tersebut.

Apa itu ta’aruf?
Ta’aruf dalam makna umum yang kita ketahui bersama adalah perkenalan, lalu kemudian makna ini dipersempit menjadi proses perkenalan menuju pernikahan dikalangan aktivis dakwah.

Proses ta’aruf yang digunakan sebagai jalan menuju pernikahan tentulah bukan proses seperti orang pacaran atau istilah PDKT (pendekatan). Tapi kemudian proses ini dibingkai sedemikian rupa sehingga nilai ibadah dari proses hingga menuju pernikahan tetaplah terjaga. Dan pastinya proses taaruf yang dibingkai dengan syariat ini bukanlah seperti “taaruf”nya ustadz-ustadz selebriti di televisi.

Proses ini tidak mengenal yang namanya saling sms-an apalagi bbm-an, dua-duaan jalan-jalan apalagi baca quran, belum lagi sering cheting dan fecebookan dengan bingkai taaruf yang berujung tidak jauh beda dengan yang namanya pacaran. Walaupun ngebangunin buat tahajud malam, tetap saja ini bukanlah sebuah proses yang syar’I menuju pernikahan.

Ta’aruf, nikah tanpa cinta?
Berarti ta’aruf itukan menikah tanpa ada cinta? Pastilah akan meuncul pertanyaan yang sangat besar didalam benak. Nah, sebelum dibahas lebih jauh, baca bismillah dulu. Semoga setelah membaca sedikit penjelasan singkat ini pacarnya mau diputusin, atau kalau sering sms-an ama ikhwan atau ikhwat bisa disadari bahwa itu bukanlah cinta tapi justru menghapus cinta bahkan bisa menjadi nista.

Ketika kita berbicara tentang cinta, maka kita akan menemukan sesuatu yang abstrak didalamnya. Apakah 
benar cinta itu karena cantik, karena harokinya luar biasa, karena pintar, atau karena alasan-alasan lainnya? Atau itu justru sebenarnya lebih kepada rasa suka yang dibalut oleh hawa nafsu semata, karena ketika hal-hal kita sukai tersebut tak kita dapati lagi maka hilang pulalah rasa suka tersebut.

Lalu bagaimana mungkin seseorang itu bisa menikah tanpa cinta?
 Yang kita pahami selama ini adalah bahwa rasa cinta itu ada pada suatu pertemuan dimana membuat jantung berdebar kencang dan dada terasa sesak dibuatnya, padahal itu bukanlah cinta.
Allah swt mangatakan didalam Al Quran :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (an-Nuur : 26)

Jika kita bersama mencoba untuk memahami apa arti cinta pada ayat di atas maka sejak kapankah cinta itu ada hingga kemudian Allah swt mempertemukan cinta itu dalam bingkai yang bernama pernikahan? Dan kemudian harus percayakah kita dengan proses yang namanya pacaran atau taarufan gaya ustadz selebritis yang ada? Dengan argument bahwa ini adalah proses memupuk cinta sebelum menuju pernikahan?

Cinta itu ternyata telah ada jauh sebelum pernikahan itu ada. Allah swt akan mempertemukan orang-orang yang mencintai apa-apa yang sama-sama mereka cintai. Ketika sama-sama mencintai maksiat maka itulah yang menjadi landasan cinta mereka dan begitupula ketika sama-sama mencitai Allah swt maka itulah yang akan menjadi landasan cinta mereka sehingga tidak ada lagi hal yang perlu ditumbuhkan atau dipupuk dan justru hanya tinggal menuai hasil setelah proses pernikahan dilangsungkan.

Jadi benarkah taaruf itu menikah tanpa cinta?

Wallahualam
Faguza Abdullah

Disalin dari situs PP Salimah

Wednesday, May 9, 2012

Wahai Para Istri, Mentaati Suami adalah Kunci Surga

 
Syariat Islam telah mengatur hak suami terhadap istri dengan menaatinya. Istri harus menaati suami dalam segala hal yang tidak berbau maksiat, berusaha memenuhi segala kebutuhannya sehingga membuat suami ridha kepadanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits pernah bersabda, 

“Jika seorang istri melakukan shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kemaluannya dan menaati suaminya, niscaya dia akan memasuki surga Tuhannya.” (HR. Ahmad).

Bahkan dalam hadits lain disebutkan, 
“Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Khalik (Sang Pencipta).” (HR. Ahmad).

Oleh karena itu, seorang istri harus menuruti perintah suaminya. Jika suami memanggilnya, maka dia harus menjawab panggilannya. Jika suami melarang sesuatu maka dia harus menjauhinya. Jika suami menasihatinya maka dia harus menerima dengan lapang dada. Jika suami melarang tamu yang datang, baik kerabat dekat maupun jauh, baik dari kalangan mahram ataupun tidak, untuk masuk rumah selama dia bepergian, maka istri wajib mematuhinya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 
“Ketahuilah bahwa kalian mempunyai hak atas istri kalian dan istri kalian juga mempunyai hak atas kalian. Adapun hak kalian atas istri kalian adalah tidak mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian.” (HR. At-Tirmidzi)

Istri Yang Taat
Istri yang taat adalah istri yang mengetahui kewajibannya dalam agama untuk mematuhi suaminya dan menyadari sepenuh hati betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu menaati suaminya pada hal-hal yang berguna dan bermanfaat, hingga menciptakan rasa aman dan kasih sayang dalam keluarga agar perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan jauh dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat. Sebaliknya, Islam telah memberikan hak seorang wanita secara penuh atas suaminya, di mana Islam memerintahkannya untuk menghormati istrinya, memenuhi hak-haknya dan menciptakan kehidupan yang layak baginya sehingga istrinya patuh dan cinta kepadanya.

Kewajiban menataati suami yang telah ditetapkan agama Islam kepada istri tidak lain karena tanggung jawab suami yang begitu besar, sebab suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan dia bertanggungjawab atas apa yang menjadi tanggungannya. Di samping itu, karena suami sangat ditekankan untuk mempunyai pandangan yang jauh ke depan dan berwawasan luas, sehingga suami dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui istri berdasarkan pengalaman dan keahliannya di bidang tertentu.

Istri yang bijaksana adalah istri yang mematuhi suaminya, melaksanakan perintahnya, serta mendengar dan menghormati pendapat dan nasihatnya dengan penuh perhatian. Jika dia melihat bahwa di dalam pendapat suaminya terdapat kesalahan maka dia berusaha untuk membuka dialog dengan suaminya, lalu menyebutkan kesalahannya dengan lembut dan rendah hati. Sikap tenang dan lembut bak sihir yang dapat melunakkan hati seseorang.

Ketaatan kepada suami mungkin memberatkan seorang istri. Seberapa banyak istri mempersiapkan dirinya untuk mematuhi suaminya dan bersikap ikhlas dalam menjalankannya maka sebanyak itulah pahala yang akan didapatkannya, karena seperti yang dikatakan oleh para ulama salaf, “Balasan itu berbanding lurus dengan amal yang dilakukan seseorang.” Tidak diragukan bahwa istri bisa memetik banyak pahala selain taat kepada suami seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya, namun pahala yang didapatkannya tidak sempurna jika tidak mendapatkan pahala dalam menaati suaminya, menyenangkan hatinya dan tidak melakukan sesuatu yang tidak disukainya.

Anda mungkin menemukan benih-benih kesombongan mulai merasuki istri anda, maka ketika itu hendaklah anda berlapang dada kemudian menasihatinya dengan sepenuh hati. Layaknya sebuah perusahaan, pernikahan juga akan mengalami ancaman serius berupa perselisihan dan sengketa antara individu yang ada di dalamnya. Suami adalah pelindung keluarga berdasarkan perintah Allah kepadanya, maka dialah yang bertanggungjawab dalam hal ini. Sebab, keluarga adalah pemerintahan terkecil, dan suamilah rajanya, sehingga dia wajib dipatuhi. Allah Ta’ala telah berfirman, 
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisaa` [4] : 31)

Batas-batas ketaatan
Kewajiban istri untuk menaati suaminya bukan bukan ketaatan tanpa batasan, melainkan ketaatan seorang istri yang shalih untuk suami yang baik dan shalih, suami yang dipercayai kepribadiannya dan keikhlasannya serta diyakini kebaikan dalam tindakannya. Dalam sebuah hadits disebutkan, 
 “Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat maksiat akan tetapi ketaatan adalah pada hal-hal yang baik.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud). 

Ketaatan istri ini harus dibarengi oleh sikap suami yang suka berkonsultasi dan meminta masukan dari istrinya sehingga memperkuat ikatan batin dalam keluarga. Konsultasi antara suami dan istri pada semua hal yang berhubungan dengan urusan keluarga merupakan sebuah keharusan, bahkan hal-hal yang harus dilakukan suami untuk banyak orang. Tidak ada penasehat yang handal melebihi istri yang tulus dan mempunyai banyak ide cemerlang untuk suaminya. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam suka berkonsultasi dengan istri-istrinya dan mengambil pendapat mereka dalam beberapa hal penting.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berskonsultasi kepada istrinya, Ummu Salamah pada kondisi yang sangat penting di kala para shahabat enggan menyembelih unta dan mencukur rambutnya. Ketika itu Ummu Salamah meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk melakukannya terlebih dahulu dan tidak berbicara kepada siapapun. Demi melihat hal itu, para shahabat pun melakukannya. Sungguh pendapat Ummu Salamah sangat brilliant!

Akhirnya, kita dapat memahami bahwa Islam telah mengatur hak-hak suami-istri. Jika masing-masing pasangan melaksanakannnya dengan cara terbaik tentu kehidupan rumah tangga akan bahagia, namun jika hak tersebut disalahgunakan dan tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka hal itu dapat menggagalkan sebuah ikatan perkawinan. Intinya adalah mengikuti Al-Qur`an dan hadits dalam menjalankan bahtera pernikahan sehingga tercipta keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Aamiin.

Penulis : Yum Roni Askosendra

Disalin dari situs PP Salimah

Tuesday, May 8, 2012

Memupuk Mimpi Buah Hati


Merasa menjadi paling realistis, kita kerap membunuh impian anak-anak. Merasa telah banyak makan asam garam kehidupan, kita sering membonsai cita-cita buah hati kita. “Itu mustahil, Nak”, “Cita-citamu itu terlalu tinggi”, “Impianmu itu takkan pernah tercapai”, dan kalimat senada, mungkin pernah kita ucapkan.

Kita mungkin lupa, bahwa komentar-komentar negatif kita tentang cita-cita anak mencipta bekas yang sulit diobati. Kita mungkin tidak sadar, kata-kata meremehkan yang keluar dari lisan kita telah membuat jutaan sel otaknya mati. Jadilah anak tumbuh dalam suasana pesimis. Merasa rendah diri. Tidak pantas melakukan pekerjaan-pekerjaan besar.

Barangkali kita juga tidak ingat, bahwa impian-impian besar anak-anak kita bisa menjadi nyata ketika kita memupuk mimpi-mimpi itu. Mungkin bukan semuanya, tapi salah satunya.

Sewaktu kecil, Vettel mengidolakan “Trio Michael”; Michael Jordan, Michael Jackson, dan Michael Schumacher. Ia ingin menjadi ketiganya; pebasket dunia, penyanyi legendaris, dan pembalap hebat. Ayah Vettel, Norbert, dan ibunya, Heike, tidak ingin mematikan mimpi itu dengan menertawakannya. Mereka memberi ruang agar mimpi Vettel tumbuh dalam jiwanya; menjadi cita-cita, menggerakkan langkah demi langkah untuk mengubahnya menjadi nyata. Meskipun mereka tahu postur Vettel tidak mendukung untuk basket, suaranya juga tidak cukup menjadi modal sebagai penyanyi. Belakangan, Vettel juga menyadarinya. Dari sana impiannya lebih fokus: menjadi pembalap nomor satu!

Bukan sekedar membiarkan impian anaknya tidak mati, Norbert memupuk impian itu agar tumbuh besar. Diantara hal yang paling diingat Vettel kelak adalah hadiah gokar Bambini 60 cc yang diterimanya dari sang ayah saat usianya baru tiga tahun. Vettel bukan hanya mendapat ruang. Ia mendapat dukungan. Ia memperoleh motivasi. Keyakinannya menancap kuat. “Aku pasti bisa!”

Impian yang diucapkan anak kecil lebih dari dua dasawarsa sebelumnya itu menjadi kenyataan seminggu lalu. 14 November 2010, tepat pada usia 23 tahun 134 hari, Sebastian Vettel menjadi juara dunia F1 termuda sepanjang sejarah setelah memenangi balapan di Abu Dhabi. Kini ia juga dijuluki sebagai “Baby Schumi” atau “Michael Schumacher Baru”. Subhaanallah, betapa persis dengan impiannya.

Dunia Islam dewasa ini juga memiliki tokoh besar yang berangkat dari impian di masa kecil. Namanya Ahmad Zewail. Seorang doktor yang menjadi salah satu ilmuwan besar dunia. Pada tahun 1999, DR. Ahmad Zewail meraih penghargaan Nobel bidang kimia. Memaparkan prestasinya, Saudi Aramco World menulis executive summary begini: “Born in the Nile Delta, Ahmed Zewail became the first scientist to record molecules while they were undergoing chemical reactions that take place in a few millions of a billionth of a second. This established the field of femthochemistry and earned him the 1999 Nobel Prize in Chemistry. In November, he was appointed one of the first three us Science Envoys to Middle East.”

Satu hal yang perlu dicatat, sang ibu menumbuhkan dan memupuk impian Ahmad Zewail sejak dini. Yang paling berkesan, sejak masih anak-anak pintu kamar Zewail diberi papan bertuliskan: Kamar DR. Ahmad Zewail. Subhaanallah, betapa impian itu kini menjadi nyata.

Anak-anak kita mungkin memiliki impian yang setara dengan Sebastian Vettel atau Ahmad Zewail. Atau bahkan melebihi itu semua. Berbahagialah. Itu hal yang baik. Semestinya ada. Sangat tidak tepat jika kita justru mewariskan kerdil obsesi yang menjangkiti banyak orang dewasa. Bukankah manusia hanya akan mengusahakan hal-hal yang dianggap mungkin oleh pikirannya? Maka impian tinggi buah hati kita akan meninggikan kualitasnya, insya Allah. “Sesungguhnya,” kata M. Lili Nur Aulia dalam Mimpi-mimpi Besar, “mimpi dan obsesi seseorang yang besar, indikator ia akan menjadi orang yang besar.”

Selama impian itu tidak salah dalam standar keimanan, kita hanya perlu memupuknya. Memotivasinya, mendukungnya, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba. “Ketika kita memberi anak kesempatan untuk mencoba,” M. Fauzil Adhim meyakinkan dalam Saat Berharga untuk Anak Kita, “hasilnya sangat menakjubkan.” Wallaahu a’lam bish shawab. [Muchlisin]

Disalin dari situs PP Salimah.

Friday, May 4, 2012

Thursday, March 1, 2012

Simple Advice



Jangan sampai ada sedikitpun ketika kita akan melangkah berumah tangga ada motivasi lain selain mengharap wajah Allah swt

Mungkin kita sering mendengar ada pasutri (pasangan suami istri) yang baru saja mengarungi bahtera rumah tangga kandas di tengah jalan. Beragam alasan yang mereka lontarkan, misal; karena ketidakcocokan, salah pengertian, kurang perhatian bahkan karena ada "main" dengan orang ketiga.

Dari alasan-alasan yang mereka lontarkan sebenarnya masih ada solusi yang bisa menyelamatkan rumah tangga yang bakal 'karam' tersebut, yaitu dengan kembali kepada Allah swt dan Rasulullah saw.

Kalau boleh kita menyimpulkan masalah dasar yang menyebabkan keretakan rumah tangga seperti berbagai alasan di atas, dari persoalan ekonomi hingga kurang harmonisnya hubungan pasutri adalah karena keawaman kita terhadap agama.


Nikah adalah Ibadah

Sebagai sebuah persyaratan untuk diterimanya amal kita, ikhlas tentu saja menjadi prioritas pertama. Artinya, semua aktivitas kehidupan kita semata-mata untuk mengharap ridho Allah swt. Jangan sampai ada sedikitpun ketika kita akan melangkah berumah tangga ada motivasi lain selain mengharap wajah Allah swt. Kemudian sebagai syarat untuk diterimanya ridho Allah swt adalah dengan mengikuti Nabi Muhammad saw atau ittiba'. Tanpa ittiba' kita tak akan bisa mengimplementasikan keikhlasan kita.

Demikian pula dalam berumah tangga, pasutri harus menyadari betul akan arti ibadah tersebut. Bagi seorang calon suami harus bisa memilih istri yang tepat sesuai dengan syari'at Islam, begitupun bagi calon istri.
Sebuah hadist riwayat Imam Bukhari dalam Fathul Bari 9/132, 'Wanita itu dinikahi karena empat hal; hartanya, keturunannya, kecantikan dan agamanya. Maka hendaknya engkau utamakan wanita yang memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu akan berdebu.'
Hadist di atas menekankan dalam memilih istri itu diutamakan karena agamanya. Sebab wanita yang baik agamanya akan selalu taat kepada suaminya dan selalu setia mendampingi suami dikala lapang maupun sempit, bukan seperti kata orang, ada uang nona sayang tak ada uang nona melayang.
'Hendaklah salah seorang dari kamu memiliki hati yang bersyukur, lisan yang selalu berdzikir dan istri beriman yang menolongnya dalam persoalan akhirat' (HR. Ahmad 5/282, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Tsauban dalam Shahihul jami' hadist no. 5231)

Dalam riwayat lain, 'Dan istri sholehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu adalah sebaik-baik harta yang disimpan manusia' (HR. Baihaqi dalam asy-Syu'ab dari Abu Umamah dalam Shahihul Jami hadist No 4285).
Sedangkan dalam memilih suami, patut pula kita memperhatikan keadaan sang calon seperti diisyaratkan sebuah hadist, 'Jika datang kepadamu seseorang yang engkau rela terhadap akhlak dan agamanya maka nikahlah, jika tidak kamu lakukan niscaya akan terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar' (HR. Ibnu Majah No 1967 dan as Silsilah Hadist No. 1022).

Untuk mengetahui keadaan sang calon tak mesti melalui tradisi pacaran yang memang lebih banyak maksiatnya dari pada manfaatnya, misal mencari informasi dari sumber yang layak dipercaya dan banyak mengetahui kehidupan sang calon. Bagi seorang pemuda kalau memang sudah menemukan calon istri yang shalihah, yakinlah akan karunia Allah swt, teruslah maju disertai doa dan ikhtiar jangan terhalang karena kemiskinan.
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamaba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas karuniaNya lagi Maha Mengetahui" (QS. An-Nur 32)
Demikian pula bagi yang sudah berumah tangga, namun dirundung masalah, jangan putus asa juga jangan terbawa emosi dan cepat-cepat menyatakan cerai. Upayakan perbaikan-perbaikan dirumah tangga. Kedua belah pihak, istri maupun suami harus saling introspeksi dan terus berdoa supaya Allah swt memperbaiki rumah tangganya.

Apabila keretakan rumah tangga dikarenakan ketidakpahaman terhadap agama, maka bagi kedua pasutri tak merasa sungkan untuk melangkahkan kakinya mencari ilmu syar'i dengan mengikuti kajian keagamaan melalui ustadz yang terpercaya dalam aqidah dan manhaj serta lurus pemahamannya. Dengan bekal ilmu tadi, Insya Allah biduk rumah tangga dapat bertahan dari terpaan gelombang.

Wallahualam.
Oleh Ummu Abbas, diambil dari Majalah Nabila

Wednesday, February 29, 2012

Inovasi Beramal


"Sembahlah Tuhanmu sampai datang suatu keyakinan kepadamu." (Al-Hijr : 99)

Saudaraku, coba kita ingat dikala kita memilki sebuah baju baru yang merek dan modelnya belum ada yang menggunakannya selain kita, ada sedikit bangga bahkan sangat bangga yang kita rasakan, karena kita mampu tampil beda dan lebih baik dari orang lain. Terasa sakit hati ini bila tidak ada yang memperhatikan atau menanyakan harganya. Lama kelamaan baju seperti yang kita miliki itu juga digunakan oleh orang lain, hati kita sudah mulai biasa-biasa karena memang baju kita sudah mulai buram, sudah kena tinta dikantongnya, kerahnya sudah banyak kata-kata mutiaranya atau kancingnya sudah ada yang lepas.

Kita mulai menyadari diri kita bahwa bukan kita saja yang bisa membelinya. Akhirnya setiap hari kita menggunakan baju tersebut dengan perasaan yang biasa-biasa, sudah kita anggap sebagai suatu kebutuhan bukan alat pamer lagi. Di lain waktu hasrat untuk membeli yang baru muncul lagi. Begitulah seterusnya.

Gambaran diatas hanyalah sebuah contoh bagaimana kita beramal. Di saat kita mulai mencoba sebuah amalan dari ilmu yang kita dapatkan, diri ini juga turut sibuk untuk dipuji atas amal yang kita lakukan. Saat pertama menemukan titik balik kehidupan, sudah bisa shalat teratur, puasa senin kamis atau bisa bersedekah, belum puas rasanya kalau tidak ada orang yang melihat dan menilai tingkat ketaqwaannya.

Disisi lain dia yakin Allah Maha Pengawas dan tidak patut untuk disekutukan, tapi gejolak rindu sanjungan masih terus menggoda dihati. Saudaraku, bila muncul perasaan begini jangan pernah berhenti untuk beramal. Inilah hidayah, jaga hidayah itu! Allah akan mengajarkan kita ilmuNya yang lain disaat setiap kali kita mengamalkan ilmunya. Jangan karena takut riya kita berhenti beramal! Syaitan akan bertepuk tangan kegirangan karena kita berhenti beramal. Toh mereka juga tidak akan bertanggung jawab atas kelalaian kita di akhirat kelak.

Semakin hari, kita semakin sadar bahwa amal akan sia-sia bila kita barengi dengan sikap pamer dan bangga diri. Tapi rasa tersebut tetap saja ada di relung qolbu kita. Memang teras begitu rumit, tapi bagi orang yang meyakini dengan ilmu yang lain justru inilah ilmu yang sedang diajarkan oleh Allah kepada kita.

Dalam surah As-syamsi Allah menegaskan "Fa'al hamaha fujuraha wataqwaha". Allah telah menginstal kedalam qolbu kita kejahatan dan ketaqwaan. Lintasan-lintasan pikiran yang buruk memang sangat mengganggu sekali, padahal kita tidak pernah merencanakan. Saat kita melihat orang yang lebih baik dari kita, pikiran langsung merespon hal yang negative dan positif tergantung magnet mana yang paling kuat dalam jiwa kita.

Itulah sebabnya Rasulullah mengajarkan kita tentang 7 sunnah yang baik diamalkan, yang salah satunya adalah memperhebat istighfar. Benar-benar lintasan pikiran jahat akan menjadi ladang istighfar bila kita mengetahuinya. Semoga Allah mengganti keburukan pikiran kita dengan kebaikan yang berlipat-lipat ganda banyaknya.

Saudaraku yang Budiman, jangan menyangka bahwa dengan mengirimkan artikel ini menunjukkan saya lebih mulia dari anda semua. Sama sekali tidak. Saya hanya seorang perajut perca-perca ilmu yang berserakan yang Allah tebar dimuka bumi ini. Semakin sadar bahwa hanya Allahlah pemilik ilmu Maha Luas. "Ah, ternyata saya jago juga menulis ya,..Alhamdulillah email saya ada yang merespon,... syukurlah saya bisa berhikmah dan menampakkan keilmuan saya," demikianlah lintasan-lintasan bisikan dalam hati ini yang ingin sekali saya hapus. Inilah yang bisa membuat kita menangis disaat seusai shalat.

Kita Harus banyak beristighfar dan bertaubat. Karena Allah ini benar-benar berbuat menurut Kehendaknya. Suka-Sukanya. Tapi suka-suka Dia beda dengan suka-suka kita, Kalau kita suka-suka karena nafsu kita, tapi Allah suka-suka dengan KebijaksanaanNya. Kalau tidak pandai dalam menyikapi lintasan ini maka kita akan berada dalam kehinaan dan kegagalan hidup. Jatuh bangun aku mengejarmu...demikian syair sebuah lagu dangdut. Karena inilah hidup.

Rasulullah SAW menggambarkan Qolbu kita seperti sehelai bulu ayam di tengah lapangan yang diterpa angin, mudah sekali terbolak-balik karena makna Qolb itu sendiri adalah terbolak balik, sehingga walau di Manajemen Qolbu bagaimanapun dia akan terbolak-balik, tapi bukan berarti kita harus menyerah begitu saja, berhenti shalat sunnat rawatib, berhenti sedekah, berhenti tahajud, berhenti puasa. Jangan saudaraku,..jangan...teruskan saja. Itulah sebabnya Rasulullah SAW sampai 70 kali beristighfar kepada Allah dalam sehari semalam.

Hati ini benar-benar rahasia Allah dan diri kita sendiri saja yang tahu. Bahkan para Malaikat yang mencatat amal kita tidak tahu niatan dalam hati kita. Jangan heran bila kita pernah mendengar bagaimana Allah melempar amalan seorang hamba yang dibawa oleh Malaikat karena amalannya tidak ikhlas.

Saudaraku, inti ibadah adalah Do'a. Otak Ibadah adalah Do'a. Senjata umat islam adalah do'a. Inilah beberapa sabda Rasulullah yang patut diamalkan seiring dengan amalan kita yang lainnya. Perbanyak berdo';a agar hati kita tidak dicondongkan kepada kefujuran (keburukan), amalan kita bukan jaminan untuk memasukkan kita dalam jannahNya, amalan kita buat kebaikan kita sendiri, sebagai rahmatan lil alamin, Pengampunan Allah-lah yang justru kita harus gembor-gemborkan.

Nah, kenapa kita berhenti beramal? Kenapa kita sudah puas dengan amalan kita saat ini? Coba-terus, inovasi terus amal kita. Orang yang bernaluri inovasi akan selalu rindu syariat. Iringi terus dengan istighfar agar pakaian amal kita sudah menjadi kebutuhan bagi diri kita. Bukan untuk pamer lagi. Shalat yang duu kita pamer-pamerkan kini sudah menjadi sebuah kebutuhan rohani kita lagi. Terasa berat bila ditinggalkan. Karena kita semakin sadar bahwa kita bukan apa-apa didunia ini.

Ilmu kita yang kian banyak dari setiap amalan kita harus mampu mencapai hakikatnya, yakni kesadaran diri. Seorang ahli komputer setinggi apapun ilmunya harus bisa menyadri dirinya bahwa ia bukanlah apa-apa bila dibanding Penciptanya. Awaluddin Ma'rifatullah, Ma'rifatullah Ma'rifatunanfs. Awal agama adalah mengenal Allah, Untuk Mengenal Allah maka kenalilah diri sendiri (nafs).

Astaghfirullahal 'Adzhiim.

Tuesday, February 28, 2012

Aerobic Hati


Ada apa dengan dunia? Kabarnya selalu mendung tapi tak kunjung hujan, namun justru hawa panas kering yang menerpa. Adakah semua ini akibat dari khilaf dan lupa kita? Pressures, masalah, kekurangan, kesempitan seakan terus menerus menikam dari segala arah. Setiap hari, dari segala penjuru. Usut punya usut, ternyata memang ulah kita sendiri yang banyak lalai, taat tak lagi giat bahkan pikiran isinya hanya urusan syahwat dan nyerempet maksiat, astaghfirullah. Lantas bagaimana mau tenang, jika semuanya diselesaikan dengan urat syaraf?

Persoalan hidup seharusnya menjadikan kita giat menambah ilmu dan seyogyanya kita mengerahkan potensi terbaik kita serta meningkatkan kepiawaian menata hati dalam menghadapinya. Bukan dengan resah, bukan dengan amarah, terlebih lagi menjadi salah arah, tapi semestinya senantiasa melibatkan jiwa muthmainah dan rahmah.

Lebih sering kita menggunakan logika dan metode matematis mekanis untuk menuntaskan persoalan sehingga hasilnya jadi terkesan sadis tanpa perasaan dan hitungannya untung rugi dan kembali lagi soal materi. Memang tidak dilarang memakai logika duniawi dalam menangani masalah, namun tetap harus ditanamkan dalam sanubari bahwa kelembutan dan sentuhan pembinaan adalah uswah yang diperagakan oleh manusia paling sempurna, Rasulullah SAW dalam menghadapi kondisi apapun di dunia ini. Adakah lebih baik segala sesuatu disampaikan dengan sentuhan hati, membina, membimbing dan mengayomi? Seperti layaknya seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang terhadap anaknya, penuh kelembutan dan pengertian. Dengan penuh kelembutan seorang ibu menjadi pelindung bagi sang anak, menjadi tempat mengadu, bahkan tanpa kata hanya dengan tatapan lembutnya, jiwa ibu berkomunikasi dengan jiwa anaknya. Hasilnya, keceriaan dan tulusnya tawa sang anak.

Orang bilang ini melow, melankolis, nggak keren, malu-maluin, tapi faktanya inilah yang hilang dari kita. Budaya husnudzhan, menjunjung tinggi silaturahmin, perkuat ukhuwah, saling pengertian, dan kasih sayang untuk mengajak orang bersama membangun kebaikan. Menangis menjadi tertawaan, karena dinilai cengeng, padahal sesungguhnya saat ini kita seharusnya menangis. Karena kondisi kebersamaan kita telah digerogoti oleh virus-virus fitnah dan curiga, kekuatan daya juang kita melemah karena ia tidak lagi ditopang oleh misi hidup tertata sesuai dengan konsep ilahiah yang penuh nuansa kebersamaan dan tausiyah. Motivasi kita lembek dan kita memilih menjadi pengemis materi. Maaf, tapi ini faktanya.

Mungkin sudah saatnya kita duduk bersama, bercengkerama seperti dulu, berdiskusi tanpa beban, menasehati tanpa menekan, saling berbagi suka duka. Agar hilang semua resah sehingga pecahlah semua masalah. Mari kita semua mulai dengan mengintrospeksi diri, nilai semua celah kesalahan, kalkulasi kekhilafan, catat semua kekurangan. Lalu mohonkan ampun kehadirat-Nya, sujudkan jiwa kehadapan Sang Maha Agung, basahi bibir dengan zikir istighfar. Sekali lagi paksa diri untuk senantiasa melantunkan istighfar. Jangan sedikitpun beri kesempatan diri untuk mengulangi diri terperosok ke lubang kebinasaan yang sama.

Ternyata dengan kesulitan hati menjadi lentur, tarik ke kanan ke kiri, tekan atas dorong dari bawah. Hati yang terlatih pasti akan menjadi kuat, ia menjadi tahan guncangan, sehat wal afiat. Bahkan hati yang sudah terlatih mampu mengatasi masalah tanpa amarah.

Masalah apapun yang kita hadapi sesungguh adalah sekolah bagi jiwa dan hati kita. Katakan pada diri, bahwa setiap episode kehidupan mampu menjadikan diri kita menemukan kita yang sebenarnya. Walaupun berat tapi ampuh dan mujarab untuk menjadikan kita lebih kuat dan taat. Maka, berupayalah untuk meningkatkan kedekatan diri kita kepada-Nya, kenali kelemahan diri, upayakan sekuat hati menegakan semangat renovasi jiwa dan perbanyak menebar kebaikan dan amal soleh. So, masalah? Siapa takut.

***

Monday, February 20, 2012

Muslimah Harus Melek Teknologi

Melek IT

Teknologi. Apa yang terbayang dibalik kepala kita saat sebaris kata itu muncul? Bisa alat-alat elektronik dengan spesifikasi menakjubkan, bisa mobil-mobil sedan keluaran terbaru, atau bisa juga roket penembus angkasa dengan manusia melayang-layang didalamnya. Yang pasti, semua yang berbau "High Class", maka itulah teknologi. Teknologi, pada saat ini menjadi barang yang boleh jadi, sudah bukan sesuatu yang membuat mata atau hidung kita alergi lagi mendengarnya. Setiap perputaran hidup kita, saat ini, dengan atau tidak kita sadari dikelilingi oleh teknologi. Lihat saya mesin cuci dipojok ruang belakang rumah kita, lemari pendingin yang menjulang di sisi dapur kita, atau microwave, si- "kotak ajaib" sebagai alat bantu masak kita. Semuanya adalah bagian dari teknologi.

Terlebih saat ini, dengan era internet yang disebut juga sebagai era Information Technology (IT). Semua hal dapat dengan mudah kita dapatkan. Akses informasi seperti tak mengenal ruang dan waktu, tersaji dalam hitungan sepersekian detik, Subhanallah! Dari mulai resep masakan, sampai informasi terbaru Rekayasa Genetik misalnya, dapat kita temukan melalui internet.

Memasuki era teknologi, mau tidak mau, kita selaku komponen dari banyaknya komunitas Dunia harus mulai terbiasa dengan hal ini. Khususnya Teknologi Informasi, yaitu internet tadi. Karena lalu lintas informasi dari setiap sisi kehidupan di Dunia ini dapat kita temukan melalui internet. Komunikasi virtual, yang diantaranya tersaji dalam fasilitas email, chatting dan miling list memudahkan kita berhubungan dengan masyarakat di belahan Dunia bagian manapun, dalam rangka menghadapi Globalisasi dan Perdagangan Bebas.

Lalu, bagaimanakah posisi kita, sebagai seorang muslimah dalam rangka menghadapi era Teknologi sekarang ini? Jawabnya sangat banyak. Muslimah, yang pada hakikatnya adalah tiang sebuah negara, pembangun generasi yang akan meneruskan perjuangan ini di kemudian hari, harus mengerti teknologi. Karena kita hidup pada masa dimana anak-anak kita semakin sering bergesekan dengan teknologi. Lantas, darimana mereka akan belajar mengenal teknologi dengan baik, kalau bukan dari kita yang berperan mewujudkan madrasah pertama bagi anak-anak kita?

Selain itu, wanita pada masa ini juga dituntut untuk meningkatkan keterampilannya dalam menghadapi dunia kerja. Karena hampir semua yang ada pada pekerjaan berhubungan dengan teknologi. Termasuk juga pekerjaan Rumah Tangga kita, seperti yang sudah disinggung diatas. Dengan menguasai teknologi juga kita tidak akan mudah ditipu orang. Karena banyak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas teknologi.

Para ahli bahkan mengatakan, "Siapa yang tidak menguasai teknologi, harus siap terpental dari kehidupan." Yang terpenting bagi kita, keharusan menguasai teknologi tidak terbatas apakah dia pria atau wanita. Teknologi adalah untuk dipelajari semua lapisan dan kelompok manusia. Termasuk kita, seorang wanita muslim. Agar kita tidak terpental dari kehidupan, seperti yang dikatakan para ahli tersebut. Maka, mulailah  dari sekarang untuk belajar banyak mengenai teknologi. Agar tidak ada lagi istilah "Gaptek" (Gagap Teknologi) dalam menghadapi kehidupan ini.

Sunday, February 19, 2012

Menjadi Aktivis Muslimah Harapan Rasulullah


Menjadi wanita memang menyenangkan, apalagi wanita "Muslimah", sebab muslimah berarti wanita yang telah diseleksi oleh Allah untuk menerima hidayah-Nya dan menjalankan kehidupan sesuai dengan sunnah Rasul-Nya.

Rasulullah sebagai manusia pilihan Allah, sangat peduli terhadap muslimah. Beliau sangat menyayangi muslimah sehingga beliau berpesan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Tidaklah seorang muslim yang mempunyai anak dua orang perempuan kemudian ia berbuat baik dalam berhubungan dengan keduanya akan bisa memasukannya ke dalam surga."

Di masa beliau hidup kaum wanita merasakan angin segar dalam kehidupannya, setelah sebelumnya pada masa jahiliyah hidup teraniaya, tidak mendapatkan hak yang semestinya.

Kehidupan wanita muslimah saat itu boleh dikata beruntung dibandingkan dengan wanita sekarang pada umumnya. Karena muslimah relatif hidup dalam komunitas masyarakat yang memahami nilai Islam secara baik. Hidup mereka betul-betul tersanjung, karena mereka merasakan hidup sesuai fitrahnya.

Berbeda dengan situasi sekarang, ketika banyak wanita menuntut emansipasi, persamaan derajat. Boleh dikatakan kehidupan wanita sekarang berada ditengah komunitas masyarakat yang tidak memahami nilai-nilai Islam. Ini menyebabkan ketidaknyamanan dalam hidup mereka.

Sudah tentu wanita muslimah harus berupaya menghilangkan ketidaknyamanan tersebut. Caranya adalah dengan mulai mengaktifkan dirinya dalam pelaksanaan nilai-nilai Islam serta berupaya mengaktivisir wanita lain untuk beramal Islami.

Ustadz Faisal Maulawi, seorang Mufti Libanon, menyatakan, "Saatnya sekarang kondisi ummat sedang dalam keadaan bahaya, para wanita muslimah yang sholihah terjun untuk terlibat aktif dalam membentengi dan memperbaiki ummat."

Untuk menjadi muslimah yang disayang oleh Rasulullah SAW hendaknya diperhatikan empat hal berikut:

1. Faqihah Lidiiniha

Seorang muslimah hendaknya faqih (paham) terhadap din (agamanya). Selayaknya ia dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dalam arti pas tajwid dan makhorijul hurufnya. Kemudian dapat membaca hadits dan selalu pula menjadi bacaan hariannya, karena dengan itu ia memahami keinginan Rasulnya untuk kemudian berusaha menyesuaikan kehidupannya sesuai dengan cara hidup Rasulullah SAW.

Setelah itu ia berusaha menyesuaikan kehidupannya sesuai dengan cara hidup Rasulullah SAW. Ia juga harus berusaha memperkaya diri dan wawasannya melalui belajar kepada seorang guru yang jujur dalam menyampaikan ilmunya, dan berusaha banyak membaca buku agama lainnya seperti tentang aqidah, akhlaq, fiqh, siroh, fiqh da'wah, Tarikh Islam, sejarah dunia dan ilmu kontemporer lainnya. Contoh muslimah yang menguasai ilmu-ilmu ini adalah Aisyah RA.

2. Najihah fi Tarbiyyati Auladiha

Seorang aktifis muslimah yang telah berkeluarga hendaknya mengupayakan kesuksesan dalam mendidik anaknya, bahkan bagi bagi seorang aktivis yang belum berkeluargapun seharusnya mempelajari bagaimana cara mendidik anak dalam Islam, karena ilmu tersebut fardhu 'ain, sehingga mempelajarinya sama dengan mempelajari wudhu, sholat, shoum, dan yang lainnya. Sehingga ia tahu betul cara mendidik anak dalam Islam yang nantinya anak-anak tersebut akan ia persembahkan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin. Insya Allah kelak ia akan menjadi Ibu yang sukses seperti Hajar dan Khadijah ra.

3. Muayyidah fi Da'wati Zaujiha

Sebagai aktifis amal Islami, kepedulian kita bukan hanya kepada masalah eksternal, mengupayakan pelaksanaan amal Islam terhadap orang lain, akan tetapi kepedulian terhadap aktifitas keluarga harus lebih diutamakan, misalnya memberikan motivasi amal Islami kepada anak, pembantu, juga suami.

Ia menjadi muslimah yang senantiasa menjadi motivator kebaikan suaminya, seperti Ummu Sulaim yang menikah dengan Abu Tholhah dengan mahar syahadat. Namun ketika Abu Tholhah wafat Rasulullah mensholatkannya sampai sembilan kali takbir, saking sayangnya Rasulullah kepada beliau karena tidak pernah absent dalam beramal dan berjihad bersama Rasul.

Hal ini ia lakukan karena selalu mendapat motivasi dari Ummu Sulaim, istrinya.

4. Naafi'ah Fi Tagyiiri Biiatiha

Ia selalu peduli terhadap lingkungannya, selalu membuka mata dan telinga untuk mengetahui kondisi lingkungannya, berusaha menjadi anashir tagyiir (unsur perubah) dalam lingkungannya, selalu mengupayakan lingkungannya menjadi lebih baik.

Contohnya Ummu Syuraik yang selalu mengelilingi pasar bila saat sholat tiba untuk mengingatkan penghuni pasar agar segera melaksanakan sholat dengan kalimatnya yang terkenal 'Assholah, Assholah!!!'

Demikian semoga dengan empat hal ini kita dapat menjadi aktifis Muslimah yang di cintai Rasulullah SAW. Amin. 

Oleh: Ustadzah Yoyoh Yusroh, Allahu yarhamuha.

Sunday, February 12, 2012

Konsep MESRA dalam Membina Keluarga Islami


Keluarga Rabbani


Membentuk dan membina keluarga islami merupakan cita-cita luhur setiap muslim. Keluarga islami adalah salah satu pondasi yang harus diwujudkan karena keluarga adalah salah satu unsur pembentuk masyarakat luas. Jika semakin banyak keluarga menerapkan konsep islami, maka diharapkan semakin mudah membentuk masyarakat islami.

Salah satu metode membina keluarga islami adalah dengan menerapkan konsep MESRA dalam keluarga. MESRA merupakan kependekan dari Mendidik, Empati, Senyum, Rapi-Rajin dan Aktif. Lima langkah yang ingin ditawarkan dalam membina keluarga Islami.


Mendidik

Suami memiliki kewajiban untuk mendidik istrinya dalam mengembangkan berbagai potensi kebaikan. Walaupun ada kasus di mana secara akademis, istri memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi, amanah sebagai qawwam di rumah tangga menyiratkan kebutuhan kematangan ilmu dan emosional pada diri suami. Isyarat peran suami sebagai pendidik disampaikan misalnya pada ayat: "Wahai orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS at-Tahrim: 6). Puncak tujuan pendidikan adalah terjaminnya keselamatan keluarga di hari akhirat kelak.

Istri dapat memposisikan diri sebagai mitra dan sebagai pembelajar dalam interaksinya dengan suami. Figur Ummul Mu'miniin, terutama pada Khadijah, Aisyah, dan Ummu Salamah radiyallahu anhunn ajma'iin memberikan contoh-contoh peran sebagai mitra suami dalam menempuh cita-cita mulia kehidupan. Mereka mendukung perjuangan suami, berdialog, memberikan saran-saran dan memiliki sikap ingin tahu (curiousity) dalam ilmu-ilmu yang bermanfaat.

Peran saling mendidik dan khususnya isyarat active self-learning process (proses pembelajaran mandiri) bagi para istri tertuang pada ayat: "Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Maha Melihat". (QS al-Ahzab: 34)


Empati

Istilah empati sepadan dengan terlibatnya hati dan pikiran dengan masalah yang dihadapi orang lain di luar kita. Berbagai riset menunjukkan bahwa empati menjadi sumber berbagai sikap dan tingkah laku mulia. Sebaliknya lemahnya empati menyebabkan berbagai efek buruk pada sikap dan tingkah laku. Empati adalah awal sikap untuk membantu. Keberadaaan empati diasosiasikan dengan perbuatan pro-sosial, sebaliknya ketiadaan empati menampak pada perbuatan anti-sosial. Cara paling efektif menumbuhkan empati adalah dengan berinteraksi, mendengar, dan menghayati orang lain.

Suasana rumah tangga menjadi harmonis tatkala suami-istri saling berempati dengan pasangannya. Empati ini akan mengurangi sikap-sikap menyakiti pasangan. Kita tidak berbicara menyakiti dalam bentuk membentak atau bersikap keras terhadap pasangan; Ini terlalu jauh. Bahkan empati ini secara sangat lembut merupakan sensitifitas kita bersikap dan bertindak.

Tingkat empati suami-istri memang diuji pada sejauhmana memahami kondisi gelisah, kecewa, sedih pada saat beban pikiran dan jiwa melanda pasangan. Pada kondisi ini dukungan kita terhadap pasangan kita akan begitu besar manfaatnya. Sebaliknya sikap jujur dalam kehidupan dan suasana bahagia karena prestasi pasangan akan menjadi kesegaran yang indah dalam rumah tangga, ketika kita mampu menyampaikan apresiasi dengan tepat.

Lebih dari itu empati yang prima akan terwujud dalam suasana saling membantu di antara suami dan istri yang berlangsung secara alami. Artinya tanpa harus yang satu sampai memaksa pasangannya untuk menolong dirinya.


Senyum

Wajah Nabi Muhammad SAW senantiasa dihiasi dengan senyuman. Begitulah keseharian beliau di rumah, sebagaimana dikisahkan Aisyah ra. Bahkan Nabi menyampaikan "tabassamu wajhi li akhika shadaqah", tersenyumnya kita terhadap saudara muslim adalah sebuah shadaqah. Maka akan lebih besar pahala yang kita terima jika menghiasi wajah ini dengan senyuman untuk pasangan kita. Senyuman suami terhadap istri atau sebaliknya sangat dengan dengan pemenuhan peran suami-istri sebagai kekasih. Senyuman itu akan membuahkan cinta.

Sungguh senyum adalah pancaran hati yang damai dan hati yang diliputi cinta dan kasih sayang. Bacalah kondisi hati kita. Tatkala ia ringkih dan kasat (keras), maka sangat sulit senyum ini terpancar. Karenanya menjaga suasana senyum di rumah tangga pada hakikatnya adalah menjaga kondisi agar hati kita senantiasa hidup dengan dzikr kepada ar Rahmaan. Dialah yang menurunkan sakinah, mawaddah wa rahmah kepada kita dalam membina rumah tangga (QS ar-Ruum: 21).


Rapi-Rajin

Seorang suami akan merasa senang hatinya jika mendapati rumahnya dalam keadaan rapi. Anak-anak sudah mandi dan rapi dengan pakaian tidurnya di sore hari. Begitu juga menemui sang istri dalam keadaan rapi menarik. Sebaliknya, seorang istri akan sangat senang hatinya mendapatkan suaminya tekun dan rajin dalam bekerja. Teliti memperhatikan kebutuhan rumah tangga di sela-sela perjuangannya di masyarakat. Tentu saja seorang istri akan senang melihat suaminya berpakaian rapi, apalagi jika suaminya tetap berusaha menjaga stamina tubuh agar senantiasa fit.

Hal-hal di atas selaras dengan tuntunan Islam dalam interaksi suami-istri. "Allah itu indah dan suka keindahan", demikian isyarat Nabi. Begitu juga Nabi memerintahkan para sahabatnya agar merapikan rambutnya, bahkan beliau memberitahukan sebuah rahasia sosial, yaitu banyak menyelewengnya wanita Bani Israil, karena ketidakrapian suami mereka. Adapun diantara sifat istri shalihah yang diisyaratkan Nabi adalah yang membuat hati tertarik manakala melihatnya.


Aktif

Dalam kerangka dakwah, pembangunan al usrah al islaamiyyah atau keluarga Islami menempati jejang penting dalam membangun peradaban Islami. Keluarga ini sendiri dibangun oleh seorang suami dan istri yang sama-sama berkomitmen membentuk pribadi Islami pada dirinya.

Ketika diikrarkan akad nikah, maka diikrarkan pula untuk membangun keluarga di mana suami-istri berada dalam aktifitas kebaikan buat masyarakatnya. Dalam aktifitas kebaikan inilah sebuah keluarga akan menemukan tantangan perjuangan dan nilai mulia di tengah masyarakat.

Rasa saling mencintai dan menyayangi diantara suami-istri, bukanlah hanya sebatas "kisah picisan", yang hampa dari nilai mulia. Kadang mencengangkan, ketika bahtera rumah tangga bukannya mengarungi samudra perjuangan yang luas, tapi hanya terdampar di sungai-sungai kecil; Sibuk dengan urusan mencari harta, bertengkar dan saling menyalahkan pasangan untuk masalah-masalah sepele.

Tidak! Keluarga Islami adalah yang cinta dan sayang diantara mereka terus dipupuk untuk saling mendukung dalam perjuangan besar. Setiap hari keluarga Islami menjadi semakin cerdas, karena terus ditempa berbagai pelajaran kehidupan yang banyak dan bermutu.

Gambaran kerja sama aktif kaum lelaki dan kaum perempuan untuk kerja-kerja perbaikan kondisi sosial-masyarakat dalam ayat: "Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka mereka ( adalah) menjadi penolong sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS at-Taubah: 71)

Oleh Adi J. Mustafa, Peminat Masalah Pengembangan Diri


Catatan: Butir-butir bahasan ini adalah sebagian bahan yang pernah disampaikan pada acara Keluarga Ceria, Forum Silaturahim Muslimah (FAHIMA), Tokyo, 11 September 2004 dan pada Seminar Keluarga, Keluarga Masyarakat Islam-Nagoya, 24 April 2005. 

Saturday, February 11, 2012

Nasehat bagi muslimah: Cara memanfaatkan waktu


Time Management


Bila waktu tidak digunakan dengan baik maka akan terbuang untuk perkara yang sia-sia. Semua orang merasakan hal itu. Maka jika seseorang tidak mengisi waktunya dengan kebaikan, ia akan menghabiskan waktunya untuk kejelekan. Orang yang tidak mengambil faedah dari waktu mereka, menyia-nyiakannya untuk perkara yang merugikan, maka waktunya itu akan menjadi padang rumput bagi syetan-syetan yang senantiasa membolak-balikkannya dalam kesesatan. Na'udzubillah.


Orang-orang yang sadar akan cepatnya waktu berlalu, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan taufik dari Allah sehingga waktu mereka benar-benar bermanfaat. Dari Abdullah Ibnu Mas'ud RA bahwasanya dia berkata: "Tidaklah aku menyesali sesuatu, seperti penyesalanku atas suatu hari yang berlalu dengan terbenamnya matahari, semakin berkurang umurku tetapi tidak bertambah amalanku."

Maka perlu kita ketahui beberapa hal wahai ukhti muslimah tentang bagaimana memanfaatkan waktu:

1. Membaca bacaan yang bermanfaat

Wahai ukhti muslimah, hendaklah engkau memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim dan menghafal serta mendengarkannya. Rasul SAW bersabda:

"Orang yang membaca Al-Qur'an sedang dia terbata-bata dalam membacanya serta kesulitan dalam membacanya maka dia mendapatkan dua pahala, sedangkan orang yang membaca dengan mahir maka dia bersama para penulis kitab (malaikat) yang mulia lagi berbakti." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 

2. Berdzikir kepada Allah

Ini adalah amalan yang mudah, setiap orang mampu melakukannya, baik orang kaya maupun miskin, orang yang berilmu maupun jahil, orang merdeka atau budak, laki-laki maupun wanita, besar ataupun kecil. Wahai ukhti muslimah, hendaknya engkau berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, dan jadikanlah berdzikir sebagai amalan yang mengisi hari-harimu, lebih-lebih lagi hal itu merupakan amalan yang amat mudah engkau lakukan. Rasulullah SAW telah mengabarkan perbedaan antara orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir, seperti perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati. 

Sabda Rasul SAW : "Barangsiapa yang bangun di malam hari kemudian mengucapkan: Laa ilaha illallahu wah dahu laa syarikalahu lahul mulku walahul hamdu biyadihil khair yuhyii wayumiitu wahuwa 'ala kulli syaiin qadiir. SubhaanAllahi Walhamdulillaahi walaa ilaha illallahu waAllaahu akbar walaa haula wala quwwata illaa billaahi. kemudian dia berdo'a : Allaahummagfirli. (Ya Allah ampunilah aku) niscaya akan diterima do' anya. Dan jika dia berwudhu (untuk shalat) niscaya diterima shalatnya". (HR. Al-Bukhari).

3. Mendidik anak-anak 

Wahai ukhti muslimah, mendidik anak-anak merupakan tanggung jawab yang agung, tugas itu merupakan tanggung jawab yang besar bagimu. Karena laki-laki lebih banyak kesibukannya daripada wanita dan lebih sedikit tinggal di rumah. Adapun seorang ibu lebih dekat kepada anak-anaknya dan lebih banyak di rumah.

4. Memerintahkan kepada yang ma'ruf dan melarang dari yang mungkar

Dari Abu Said Al-Khudri RA dia berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang-siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan (nasihat). Dan jika tidak mampu maka hendaklah meng-ubahnya dengan hati (tidak senang dengan kemungkaran itu) dan itulah selemah-lemah iman'." (HR.Muslim).

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan wanita muslimah dalam menjaga waktunya:

1. Senantiasa merasa diawasi Allah Ta'ala dan takut kepadaNya.

Seorang wanita muslimah yang merasa diawasi oleh Allah SWT, takut kepadaNya dan merasa takut akan hukumanNya serta mengharapkan pengampunanNya tidak mungkin menyia-nyiakan waktunya tanpa faedah, bahkan dia lebih semangat untuk mengoreksi dirinya setiap saat.

2. Mengetahui waktu dan tempat yang mempunyai keutamaan.

Wanita muslimah perlu mengambil faedah, dengan mengetahui waktu-waktu dan tempat-tempat yang mempunyai keutamaan. Misalnya, kapan dilipatganda-kannya pahala setiap amalan. Di antaranya adalah sepertiga akhir malam. Ia merupakan waktu yang utama dan waktu dikabulkannya do'a.

3. Wanita muslimah hendaknya mengetahui kewajiban-kewajibannya.

Di antaranya kewajiban kepada Rabb-nya, kewajiban kepada orang tuanya, kewajiban kepada suaminya, kewajiban terhadap anaknya, kewajiban terhadap kaum kerabatnya, kewajiban terhadap tetangga, kewajiban terhadap saudara dan temannya, dan kewajiban terhadap masyarakatnya. Wanita muslimah harus mendirikan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Tidak melalaikan waktu-waktu shalat tersebut karena disibukkan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, atau tugas sebagai ibu dan istri. Sebab shalat merupakan tiang agama, siapa yang menegakkannya berarti dia menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkan-nya berarti dia telah merobohkan agama. Shalat merupakan amal yang paling utama.

Diriwayatkan Abdullah bin Mas'ud RA dia berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW apakah amal yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, " Berbakti kepada orang tua." Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." (Muttafaq Alaih). 

Wanita muslimah yang taat tidak merasa cukup hanya melaksanakan shalat wajib lima waktu, tetapi juga melaksanakan shalat-shalat sunnah rawatib dan nawafil (sunnah secara mutlak), sesuai dengan kesempatan dan kesanggupannya, seperti shala dhuha dan shalat tahajud. Sebab shalat-shalat sunah ini dapat mendekatkan hamba kepada Rabb nya, mendatangkan kecintaan Allah dan ridhaNya, menjadikannya termasuk orang-orang yang shalih, taat dan beruntung. 

Sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadist qudsy Allah berfirman: "Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan melaksanakan shalat-shalat nafilah hingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya, dengannya dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya, dengannya dia melihat, Aku menjadi tangannya, dengannya dia bertindak, Aku menjadi kakinya, dengannya dia berjalan. Jika dia memohon kepadaKu maka Aku benar-benar akan memberinya dan Jika dia meminta perlindungan kepadaKu maka Aku benar-benar akan melindunginya". (HR.Al-Bukhari). 

Dan hal-hal lain yang merupakan kewajiban seorang wanita muslimah, dan jangan lupa memohon taufik kepada Allah untuk merealisasikan semua itu!

4. Hendaklah seorang wanita muslimah memilih majlis yang baik.

Seorang manusia sesuai tabiatnya tidak mungkin hidup sendiri bahkan dia harus mempunyai teman duduk, dan yang paling ideal adalah teman duduk yang mempunyai akhlak yang mulia.

Sebagaimana sabda Nabi SAW : "Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dengan seorang pandai besi". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mudah-mudahan Allah Taala memberi kekuatan kepada kita agar senantiasa dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. 

 

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

Kalender Hijriyah

Masehi HijriyahPerhitungan pada sistem konversi Masehi – Hijriah ini memungkinkan terjadi selisih H-1 atau H+1 dari tanggal seharusnya untuk tanggal Hijriyah

 
Blogger Templates